Is There Any Hope?

Sebelumnya,

Selamat Ulang Tahun Indonesiaku, yang ke-68.. Semoga panjang umur.. :)

 

Padang.

Sekelebatan saja rasanya disana. :)

Meski sebentar, tapi ia mampu menerbangkan imagi saya ke ranah lain. Ranah yang lebih jauh. Ranah yang mereka ulama sebut sebagai pusat kota ilmu kala itu : Cordoba, Andalusia. Ranah minang ini adalah Andalusia kala itu bagi saya. Orang-orang hebat yang saya temui di televisi, koran, majalah, hingga buku pinjaman, telah lahir dari ranah ini. Para ulama dan para pejuang. Orang-orang yang tak hanya hadir dalam balutan kecerdasan otak namun juga sisi agama yang kuat dan hebat.  Dan entah mengapa ketika saya mendengar orang dari Padang, asli Padang, (tentu saja ingat masakan Padang :P) eh, bukan. Saya agak kagum kalo orang berasal dari Padang. Tentu saja, ini pars prototo, bukan generalisasi. :) Karena dari sinilah tumbuh sang Hamka, Haji Agus Salim, Joserizal Jurnalis, M.Natsir, Buya Syafi’i, Sutan Sjahrir, Moch Hatta dll. Disini saya punya kesimpulan sempit bahwa ada korelasi antara tempat lahir dengan kehebatan orang (??) haha. Abaikan.

Masakan Padang, yang nota bene sebagai masakan yang omnipresent atau ada dimana-mana diseluruh penjuru Indonesia, tapi disana kami justeru kalah telak : tak menemukan satupun tulisan Rumah Makan Padang. Hmm.hehe

Kota seribu ulama. Ah, andaikan saya -yang dulu hanya bocah yang hobi mengejar-ngejar layangan hingga ke sungai ini-  punya mimpi Indonesia Madani. Jika konsepsi masyarakat madani adalah para generasi penerus bangsa yang terus tumbuh dan berkembang bersama Al Quran. Makadisini saya melihatnya,di MTQ NasMahasiswa 2013 ini, orang2 ber ramai-ramai mendendangkan Al Quran. Menggemakan bacaan tartil dan tilawah ke atmosfer jagad raya. Menguak rahasia-rahasia ayat Al Quran dan menyingkapnya melalui sains. Memahami al quran dengan komprehensif untuk dapat menjawab semua soal. Mendalami seluk beluk hukum yang ada di dalamnya  untuk di ‘perdebatkan’. Memahami retorika dalam berdakwah untuk membumikan Al Quran. Yang kesemuanya itu adalah upaya  agar Al Quran punya efek sistemik di tubuh Indonesia. Jika sudah begini, **subhanallah**rasanya Indonesia madani itu sebentar lagi.. :’)

MTQ Nas Mahasiswa kali ini.. alhamdulillah saya punya keluarga baru. Delapan belas orang yang diberangkatkan untuk memperjuangkan bendera orens kebangsaan, hehe. The 18ers. Berat awalnya karna harus meninggalkan segudang pekerjaan di Jogja. Termasuk si Ganggang Hijau proyeknya bu Nina. Tapi inilah amanah, lagi2 memang harus ada yang dikorbankan.  Tapi bahagia rasanya bertemu teman2 baru, dan ada kejutan di hari pertama disana. Padang menjadi ranah sejuta warna malam itu. Ada Sparkles disana.. kembang api paling cantik. Hehe

Hari kedua disana saya mempromote ‘si Lalat’ hehe : Lalat si makhluk mungil yang disebut dalam Al Quran ini ternyata ajaib di dunia kesehatan. Dan kalau anda mau menyimak, ceritanya ada disini.

Dan hingga saya menyadari bahwa, satu lampauan kapasitas telah terlewati. Ailibi lagi bahwa saya musti banyak belajar dan belajar banyak. :). Namun Alhamdulillah ala kulli hal, Laia Si bungsu itu dapat membawa juara 1 Hifzil Quran 2 juz. That’s an awesome.

Hari ketiga  : Tentang Trivium dan Quadrivium yang diceritakan ustad Kholis yang menjadi senyawa penyemangat untuk melakukan eksplorasi percikan ilmiah dalam Al Quran.  Berasa seperti dihujani ilmu pagi itu sama beliau, hehe.

Terlepas dari itu. Tentang menuju Indonesia Madani, kita semua sepakat bahwa Indonesia yang sejahtera berdikari sopan dan tak ada lagi swipper di gedung de-pe-er adalah jika para pemimpin itu dekat dengan Al Quran. Tentang Indonesia Madani lagi, berdestinasi kesana adalah sebuah proses, ada saja pasti onak duri. Di belahan bumi sini orang sibuk memperbaiki diri dan memperbaiki bangsa, dibelahan bumi lain, ada yang sibuk memperburuk diri sendiri dan bangsanya. Sebut saja  mereka si perampok, perampok uang Negara maksud saya. Stop. Stop. Saya memilih berhenti membicarakannya, jika tidak entri blog ini sudah penuh dengan umpatan bin sumpah serapah pada pemerintah, terlebih lagi ada kasus baru yang delapanmilyar, bentar saya eja : de-la-pan mil-yar. kemarin baru saja diraup habis oleh si perampok berdasi.

Dan,

Inilah balada menjadi penduduk bumi negeri ini. Sejak kecil hidup dalam cara pandang yang dibangun penjajah, lalu diwariskan turun temurun bahwa negeri ini kaya sumber daya alam yang melimpah-limpah. Dogmatis. Walau benar adanya. Lalu pada akhirnya menjadi miris karena penggunaannya yang tak secerdas teori, manusia serakah, dan minimnya concern pembentukan karakter menjadikan kita bangsa yang rapuh dan menyedihkan. Bukti otentiknya, lahirlah para perampok bangsa. Jangan pernah salahkan namanya Muhammad, Udin, Hassan atau Luthfi, karena nama tak pernah salah. Ah ya, karakternya. Akhlaknya.

Dari peta  Cordoba dan Padang, kita drag ke ranah yang lain. Dimana penduduknya kaya akan sawo, melinjo, dan gembili. Saya baru tahu gembili disini. Di Bumi Bantul, Projotamansari. Di pelosoknya. Well saya kemarin kuliah disini. Kuliah kehidupan, teman : KKN.

Pointnya, disini saya melihat lagi bakal calon pemimpin negeri. Sebut saja Zahra  -nama sebenarnya red- dia adalah anak seumuran saya yang masih lucu ini *gubrak*. Iya dia baru berumur 3 tahunan. Lucu menggemaskan. Mengajarinya alif ba tiap sore di masjid adalah kesenangan tersendiri bagi saya. Pasalnya, ia selama berhari2 saya mengajar, ia selalu istiqomah, stagnan, dan linier, selalu berada di halaman satu iqro edisi alif dan ba. Namun tahukah kau kawan, semangatnya luar biasa, kegigihannya maksimal. Anak sekecil itu dengan istiqomahnya rela mengulang2 halaman itu, meski sudah saya ajarkan metode alif itu  apel dan ba itu balon. Namun saya optimis bahwa orang-orang seperti  Zahra akan jadi salah satu pemimpin ummat nanti. Iya, di bumi pelosok ini saya melihat sinaran kuat bahwa Indonesia ini akan damai tentram jika ada orang-orang yang senantiasa dekat dan membersamai Al Quran. Saya berdoa semoga akan ada Zahra-Zahra yang lain yang akan menjadi generasi qurani dan tumbuh ‘bersama ‘AlQuran, lalu pada akhirnya menjelma penghias tatanan negeri ini. Tak perlu muluk-muluk. Perubahan itu dapat dimulai meski dari satu desa ini .. :)

Dua generasi. Zahra dan The 18ers. Ini semua adalah hiburan atas kelakuan tak berperi yang dilakukan oleh para pemimpin negeri ini. Para pemimpin yang lebih tertarik dengan harta, tahta, sapi dan minyak.

Rabb.. dimana bulan syawal ini adalah saat lantunan milyaran takbir menguap ke atmosfer jagad raya..

Perkenankan kami, memiliki negeri yang baik dan penuh ampunanMu.. baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Pantaskan kami untuk memiliki pemimpin yang baik. Go to Indonesia 2014

dan jika ada pertanyaan : Is There Any Hope? for a prosperous Indonesia?

Absolutely, yes. Harapan itu selalu ada :)

Mari membersamai Al Quran :)

 

Cordoba. Padang. Bantul.

 

Leave a comment